Hari
itu, matahari bersinar terik sekali. Membuat jemuran yang semula
basah, dapat kering dalam waktu satu jam saja. Bel pulang sekolah
berbunyi. Murid-murid berhamburan di koridor sekolah. Nampak seorang
gadis mungil, berkulit sawo matang berlarian di koridor. Ia bergegas
melewati gerbang sekolahnya. Gadis itu berpapasan dengan Pak Selamat,
penjaga SMPN 1 Desa Suka Maju. Gadis itu pun menyapanya sembari terus
berlari. Hanya selang beberapa detik dari gerbang sekolah, akhirnya
ia tiba di tempat tujuannya, warung Bu Ajeng.
” Bu, Anisa mau segelas es kelapa ya”, katanya dengan nafasnya yang tidak teratur.
“Iya de, kenapa ade terengah-engah begitu?”, tanya bu Ajeng.
“Anisa ga sabar mau minum es kelapa. Anisa ga mau ngantri panjang-panjang bu. Hehehe”, jelas gadis kecil itu dengan ceria.
Hanya menunggu sekitar lima menit, segelas es kelapa pun sudah ada dihadapan Anisa. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Anisa langsung menyendok minuman itu.
“Bu, ini Anisa bayar”, Anisa menyerahkan uang sebesar Rp3000,00 pada Bu Ajeng.
“Pas ya de. Hati-hati dijalan ya!”, kata Bu Ajeng
“Iya bu, makasih”, katanya sambil melayangkan senyum manisnya.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya angkot yang ia tunggu-tunggu pun datang. Ia segera menaiki angkot tersebut. Di tengah perjalanan, semilir angin membuat Anisa mengantuk. Akhirnya ia pun tertidur juga. Kepalanya mulai oleng ke kanan dan kiri. Penumpang disekitarnya hanya dapat menahan tawa akibat tindakan Anisa tersebut.
Anisa terbangun tepat di depan gang rumahnya. Dengan refleks, Anisa segera menyetop angkot tersebut.
“Fyuuhh.. untung saja tidak terlewat”, gumamnya
Di rumah, Anisa segera berganti pakaian. Setelah itu, lewatlah suatu aroma yang tak asing bagi indera penciuman gadis mungil itu. Ternyata, Bi Inem sedang memasak ayam bakar. Karena ayamnya masih dimasak, Anisa hanya dapat menyaksikan ayam-ayam itu menari di wajan.
“Bi, apa masih lama?”, tanyanya tak sabar
“Sebentar ya non, sedikit lagi siap kok. Non Anisa tunggu saja di ruang makan”, jawab Bi Inem.
“Oke bi, Anisa tunggu ya. Tapi jangan lama-lama, hehehe”
Tepat ketika Bi Inem menghidangkan makan siang di meja makan, ada suara dari luar rumah. Dengan berat hati, Anisa harus menunda waktu makannya demi membukakan pintu rumah.
“Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam..” sahut Anisa bergegas membukakan pintu.
Ternyata, suara itu berasal dari adik Anisa, Laila. Anisa kaget sekali ketika ia melihat ada sebuah bola putih di tangan adiknya itu. “itu apa de?”, tanya Anisa.
“Ini hamster yang aku beli dari sekolah kak. Kakak bantu merawatnya ya” pinta Laila.
“Oh.. itu hamster toh… kirain bola de, hehehe”
Walaupun Anisa tidak tahu bagaimana cara merawat hamster, namun karena adiknya meminta bantuannya, maka ia bersedia membantu. Anisa langsung mencari tempat untuk hamster tersebut.
“Bi.. dimana ya sebaiknya kita taruh hamster ini?”, tanya Anisa
“hmm.. buat kandang sementaranya ya non?”, tanya Bi Inem
“Iya bi, kan kasihan kalau di taruh dikardus”, jelas Nisa
“Ehm, kira-kira dimana ya non?”
“yee si bibi.. masa Nisa tanya malah balik nanya sih bi”, sahut Anisa
“hehehe.. maaf non, bibi juga bingung”
“gimana kalo kita taruh di box mainan dulu kak?”, saran Laila
“Hmm.. Ide bagus de”
Akhirnya masalah kandang sementara terselesaikan juga. Lalu mereka pergi ke ruang makan untuk menyelesaikan kegiatan yang belum sempat dikerjakan, yaitu makan siang. Setelah makan siang, Anisa segera menghubungi ibunya.
“KRIIIINGG!! KRIIINNGG!!” , dering telpon kantor Ibu.
“Assalamu’alaikum bu, ini Nisa”, Anisa membuka pembicaraan.
“Wa’alaikumsalam, ada apa Nisa?”, tanya Ibu
“Bu, sekarang kita punya hamster. Pulang nanti ibu bisa bawain kandang, serbuk kayu, sama makanan hamster ga?”
“Hah? Hamster? Darimana Nis?”, tanya Ibu tanpa henti
“Laila beli hamster disekolahnya. Jadi kita butuh kandang dan peralatan lainnya. Bawain ya bu.. pliissss”, pinta Anisa.
“Ya sudah, nanti ibu usahakan ya Nisa”
“Oke deh bu, makasih ya”, suaranya gembira
Sore hari, hamster itu telah nyaman dengan kandang barunya. Anisa dan Laila hanya dapat tersenyum menyaksikan hewan peliharaannya yang manis itu sedang beradaptasi dengan lingkungan barunya. Ayah memberitahu Anisa bahwa memelihara hewan itu merupakan suatu tanggung jawab yang besar. Apabila Anisa hanya bermain-main dengan hamster tersebut, maka sebaiknya jangan memeliharanya. Namun jika ia sanggup merawat hamster tersebut, maka Ayah akan mengizinkan.
Karena Anisa tidak mau dianggap remeh oleh Ayahnya, ia mencoba yang terbaik dalam merawat makhluk berbulu tersebut. Anisa mulai mencari-cari di internet bagaimana cara merawat hamster.
Ia dan Laila memberi nama Hammy pada hamster itu. Karena Laila masih kecil, kelas 3 SD, jadi Anisa merasa bertanggung jawab terhadap Hammy. Setiap hari, Anisa memberi makan Ham dengan kuaci, pelet, dan jagung kering. Tak lupa ia memberi Ham minum air matang. Setiap seminggu sekali, Anisa membersihkan kandang Ham. Ayah menyaksikan tindak-tanduk Anisa dalam merawat Hammy. Ayah bangga karena Anisa dapat membuktikan bahwa ia tidak main-main.
Wawasannya tentang hamster kian bertambah seiring berjalannya waktu. Anisa jadi tahu bahwa hamster mempunyai kantung makanan di dalam mulutnya. Hamster juga akan menyembunyikan makanannya dibawah serbuk kayu walaupun dikandang itu hanya ada Hammy. Anisa juga tahu bahwa hamster tidak boleh dimandikan. Setelah sebulan tidak mengerti cara berolahraga, sekarang Hammy dapat berolahraga. Anisa senang akan perkembangan hewan peliharaannya itu.
Namun, serajin apa pun Anisa merawat Ham, pasti ada kalanya ia merasa lelah. Ketika saat-saat itu menerpanya, ia ingat akan nasehat Ayahnya dulu. Setelah itu, Anisa menjadi bersemangat kembali untuk merawat Hammy dengan sebaik-baiknya.
Walaupun sekarang Anisa dan Laila memiliki hewan peliharaan, namun mereka tidak mengabaikan tugas-tugas mereka sebagai seorang pelajar.
Dari cerpen diatas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita harus bertanggung jawab dengan apa yang kita lakukan. Jangan hanya diawal saja, namun kita harus bertanggung jawab sampai akhir
Komentar
Posting Komentar