Prihatin. Kata yang pas untuk menggambarkan suatu kejadian di Kereta CommuterLine beberapa waktu lalu. Siang hari dalam CL menuju St.Bekasi, ada seorang ibu tua (kira-kira usia 50 th ke atas) yang berdebat dengan anak muda (kira-kira usia 18 tahun ke atas). Apa alasannya?
Ibu tersebut merasa bangku yang ditempati anak-anak muda itu adalah bangku khusus orang tua dan wanita hamil. Ibu itu juga heran kenapa anak-anak itu asik duduk-duduk sedangkan ada wanita tua yang harus berdiri karena tidak ada bangku kosong lagi. Ibu itu lalu menegur anak muda itu, sayangnya dengan nada yang kurang bersahabat sehingga anak muda tersebut bingung dan tetap duduk. Karena ibu itu terus menceramahi anak tersebut, akhirnya seorang temannya/kenalannya berdiri dan mempersilakan ibu itu duduk ditempatnya. Namun ibu tersebut masih menyimpan kekecewaan terhadap sikap anak muda tadi. Hal ini ia tunjukkan dengan tetap ngedumel. Teman si anak muda itu akhirnya tersulut emosi sehingga membalas perkataan-perkataan si ibu tadi. Salah satu kalimat yang terlontar dari si anak ini adalah, "sama-sama bayar kok". Jika dipikir-pikir, memang benar seharusnya bangku-bangku tersebut diisi oleh para orang tua maupun ibu hamil. Namun mungkin nada bicara ibu ini yang menyebabkan suasana menjadi tegang. Tapi kenapa anak muda ini malah berdalih "sama-sama bayar kok" untuk membela dirinya. Hal ini harus diluruskan. Memangnya kenapa jika sama-sama bayar? Sama-sama bayar hanya menjadikan seseorang bertingkah laku tanpa adanya toleransi. Mereka jadi berpikir bahwa kita disini sama-sama bayar kok, jadi sepatutnya kita mendapat perlakuan yang sama.
Jika berbicara tentang ini, untuk apa ada peraturan (dahulukan lansia dan ibu hamil) dalam kereta tersebut? So, what I wanna say is tinggalin deh pemikiran seperti itu. Iya, memang sama-sama bayar, tapi apa salahnya mengalah dulu. Toh mengalah bukan berarti kalah kan B|
Komentar
Posting Komentar